Ciparanti Tanah Surga Bukan katanya
Ciparanti
adalah desa di Kecamatan Cimerak,
Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Desa Ciparanti merupakan desa yang terletak di sebelah
Barat Kabupaten Pangandaran dan selatan kecamatan Cimerak.
Desa
Ciparanti terdiri dari tiga dusun, yaitu dusun Citotok, dusun Cisempu dan dusun
Ciwalini. Dari dusun satu ke dusun lainnya memiliki jarak tempuh yang cukup
jauh dan juga terjal, masalah ini memengaruhi pula pada akses transportasi
masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi seperti sepeda motor ataupun
mobil bak terbuka, walaupun pada kenyataannya sebagian penduduk di setiap dusun
rata-rata telah memiliki kendaraan yang kebanyakan merupakan sepeda motor,
tetapi bagi penduduk yang tidak memiliki kendaraan mau tidak mau harus menempuh
perjalanan antar dusun dengan berjalan kaki.
Untuk
menghubungkan Dusun Citotok dan Dusun Cisempu masyarakat harus menyebrangi
jembatan bojong, yakni sebuah jembatan gantung di Sungai Cibening yang
kebanyakan bahan bakunya adalah kayu dan bambu. Hal ini menyebabkan
terhambatnya laju roda perekonomian masyarakat Dusun Cisempu hususnya. Jika
penduduk hendak menjual hasil alam dalam sekala besar atau menuju Dusun Citotok
yang menjadi pusat pemerintahan desa dengan menggunakan kendaraan roda empat,
maka harus menempuh jarak 25 Km atau 2 jam waktu tempuh karena jembatan gantung
ini hanya bisa dilalui satu motor saja. Sedangakan jarak Dusun Citotok dan
Dusun ciwalini hanya kurang lebih 3 Km atau 15 menit jika menggunakan kendaraan roda dua"
Perekonomian penduduk yang terbangun
di Cisempu ini mayoritas sebagai Petani, melihat sumber daya alam yang sangat
kaya dari mulai sawaah, kebun, hutan dan Sungaimenjadi tumpuan masyarakat.
Dengan adanya sumber daya alam ini maka masyarakat menggunakan hal tersebut
untuk mencari nafkah untuk menghidupi kehidupannya ; seperti pemanfaatan pohon
kelapa yang diambil lahang (air yang keleuar dari mancung kelapa) sehingga bisa
dijadikan bahan baku untuk masakan yakni Gula Merah.
Setiap masyarakat yang Nyadap
(memanfaatkan pohon kelapa) tersebut setiap hari harus menaiki pohon kelapa,
biasanya dilakukan pada pagi hari untuk mewadahi air lahang tersebut dan di
sore hari di ambil karena wadah yang biasanya digunakan dari pongkor (bamboo
atau bekas botol plastic) sudah terisi penuh. Setelah terkumpul penuh biasanya
lahang tersebut di masak dengan menggunakan wajan besar serta tungku yang besar
pula, sumber api yang dihasilkan dari kayu bakar sehingga api untuk memasak
lahang tersebut bisa dihasilkan lebih besar dan lahang bisa cepat matang
menggumpal sehingga bisa di cetak ke
dalam mangkok untuk dikeraskan.
Sawah yang terhampar luas juga
menjadi tumpuan masyarakat Cisempu sebagai petani padi yang biasanya dipanen
pada waktu 2 kali dalam setahun. Setiap orang memiliki garapan sawahnya
masing-masing sehingga orang-orang bisa merasakan panen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar